Jumat, 02 Agustus 2013

Employee Vs Entrepreneur

Sebagai Employee yang juga Entrepreneur 'pemula', saya sering  diperlakukan berbeda.
Oleh para entrepreneur, saya pasti dikomporin "Udah Lien, resign aja, kalo lo resign dan fokus ke bisnis lo, kan bisnis bisa growing"
Oleh para employee, saya juga dikomentarin "Punya bisnis harus bisa bagi konsentrasi ya Lien, kerjaan kantor, sama bisnis"
Malah ada loh teman yang 'judge' saya belum punya MINDSETTING ENTREPRENEUR :))

Dalam hal ini ilmu #LempengAjah sangat bermanfaat :)))
Mereka yang 'pure' entrepreneur, mungkin gak perlu worried sama cicilan rumah dan cicilan mobil yang nominalnya fix setiap bulan. Kalo saya masih worried, karena di situlah fungsi gaji kantoran saya. 
Mereka yang pure employee, mungkin gak resah dan gelisah dengan gaji kantoran yang naiknya hanya tiap tahun sekali itupun mengikuti inflasi, kalaupun promosi jabatan ngeliat slip gaji koq naiknya gak sampe 20% tapi tanggung jawab naik lebih dari 50%. Kalo saya resah, koq gak balance antara hak dan kewajiban?

Di pertengahan tahun 2011, suami saya resign dari perusahaan multinasional yang lumayan ternama, kalo istilah orang2 entrepreneur 'bakal kapal', kalo istilah employee 'tindakan nekat'. Alasan resignnya ya karena mau fokus di bisnis Oriflame. Banyak yang mencela, banyak mentertawakan, banyak ragu, namun alhamdulillah banyak juga yang doain supaya sukses. Kami mah fokus pada impian, jadi udah 'default' untuk ignore mereka yang comment negatif.
Saya? saya masih bekerja kantoran dengan pertimbangan, jarak rumah dan kantor relatif dekat, pekerjaan kantor saya tidak memerlukan mobilitas yang tinggi dan saya bisa memanfaatkan waktu istirahat kantor untuk 'kerja' dari gadget saya.

Setelah resign, ilmu yang suami dapat dari kantor sebagai Marketing, dan juga bimbingan dan arahan dari para upline, berusaha beliau terapkan dalam bisnis kami. Gak mudah ternyata, menjaga dan membina bisnis, khususnya bisnis jaringan, yang benar-benar mengandalkan komunikasi yang baik. Harus tau kapan tegas dan kapan memotivasi, yang pasti tidak mentolerir mereka yang semena-mena (baca : mau bonus gede tapi gak mau kerja).
Belajar, sampai detik inipun kami masih belajar. Gak mau nyerah karena gak mau bikin mereka yang komen negatif bertepuk kegirangan, gak mau nyerah karena kami sadar milestone Dream kami penting untuk diwujudkan, gak mau nyerah karena kami sadar begitu banyak mereka yang menitipkan amanah untuk merubah 'financial life' mereka menjadi lebih baik.

Kalau ada yang berani memberi statement "Lebih baik menjadi Entrepreneur daripada jadi Orang gajian (baca:Employee)", saya cuma bisa kasih tau bahwa Usaha Anda juga tidak akan berkembang kalau Anda tidak punya Karyawan (baca : Employer vs Employee)

Bukankah bersinergi itu lebih baik, kalau saat ini Anda katanya punya MINDSETTING sebagai Entrepreneur tapi masih underestimate Employee, lebih baik Anda belajar dulu mengenai pengelolaan SDM, agar nantinya pada saat Anda punya karyawan, statement atau policy Anda akan lebih humanis.
Kalau Anda saat ini masih sebagai Employee dan ingin sekali punya bisnis, tapi takut rugi, takut modal gak cukup, takut gagal, ingat kembali pada saat Anda statusnya masih jobless, yang dengan semangat mengirimkan lamaran kerja kesana-kesini, dengan penuh harapan berangkat interview dan tes kerja sana-sini, apakah mengalami ketakutan tidak diterima, ketakutan Anda underqualified dan ketakutan lainnya? Kalau iya, apa yang membuat Anda berhasil berada di posisi perusahaan saat ini? 

Semua KeSUKSESan berawal dari langkah kecil MENCOBA, lalu dilanjutkan dengan BELAJAR dan MENEKUNI, adakalanya menemui hambatan, maka lakukanlah EVALUASI. Ingaaat segigih-gighnya Anda berusaha, jangan pernah melupakan habluminallah dan habluminannas yaaa..... (baca : menghargai orang lain dan beribadah)

Kalo saya untuk saat ini, milestone yang saya tetapkan adalah serius mendampingi suami saya untuk BerBisnis Oriflame dan serius menjalani kewajiban saya sebagai Employee dengan pekerjaan sebagai Legal Officer. Keduanya menyenangkan, keduanya sesuai dengan passion, dan yang pasti keduanya menghasilkan :)
Ya untuk saat ini saya memilih menjalankan bisnis Oriflame melalui online, terkadang kopi darat pas weeend, biar berasa setruman semangatnya.
Ada milestone-milestone berikutnya yang sudah kami rancang, seperti punya :
- bisnis kuliner (he..he..he..orang tua saya pinter masak looh, mudah2an dengan bisnis ini, saya jadi punya passion untuk masak, beneran bukan karena gak bisa masak, tapi belum punya passion :))))
- bisnis salon muslimah (duuuh, disini passion udah ada bannget, tapi modalnya yang belum cukup..hi..hi..hi..nabung dari bonus Oriflame insyaAllah bisaaa)

Yang mau punya bisnis tapi modalnya belum cukup? InsyaAllah menjalankan bisnis Oriflame bisa jadi solusi, hal ini sudah kami rasakan, dari penghasilan yang 30rb-an perbulan, dalam waktu 5 bulan beranjak naik setiap bulannya ke 5juta-an perbulan, alhamdulillah hampir 3 tahun menjalani bisnis ini, kami penghasilan perbulan kami sekitar 8-10 jutaan perbulan. Pake kerja yaahhh, gak ongkang-ongkang kaki :))

Yang mandang sebelah mata bisnis MLM, khususnya Oriflame, yukks sinih chatting sama saya, mudah2an bisa memberi pencerahan, saya kupas tuntas deh bedanya MLM vs Money Game. 

Yang mau punya bisnis tapi ngakunya gak punya waktu karena lembur setiap hari di kantor? Boleehh sini chatting sama saya, asal mau diajarin untuk manage waktu mah bisa koq, kan jalanin bisnis ini mostly dari Facebook, lah trainingnya aja dari Facebook juga :))

Yang udah punya bisnis tapi penasaran mau tau apa bener berbisnis di Oriflame ini bonusnya bisa meningkat signifikan setiap bulannya, penasaran apa iya 'buka cabang' versi PEBISNIS ORIFLAME itu beneran low cost? Naah sinih inbox atau chatt aja sama saya yaaak

Kalau belum tau, cari dulu infonya, mencari info dari mereka yang emang udah jalanin bisnis ini dan berhasil mendapatkan manfaatnya. Ibarat orang lagi cari alamat, pasti nanya sama yang udah tau alamat itu kan ya, biasanya tukang ojek atau penduduk yang udah lama tinggal di situ. Naah sama deh seperti bisnis ini, jangan nanya sama yang baru beberapa hari join, apalagi nanya sama orang yang gak pernah dapet Cash Awardnya :))
Jangan kebiasaan ngeJudge negatif, nanti nyesel plus gondok sendiri hi..hi..hi...
Lieni Oktora Nara - Independent Oriflame Director
WA/SMS only : 08111888713
Pin BB : 2A79D48A

Sabtu, 13 Juli 2013

Sudahkah kita ber-TOLERANSI terhadap sesama?

Kadang suka nyebut deh dalam hati, kalo ngeliat orang yang merasa dirinyalah yang paling pintar, "Ya Allah...jauhkanlah Hamba dari sifat yang demikian"
Paling sedih kalo yang kita alami bersifat sombong dalam ilmu AGAMA.

Ketika merasa bahwa pakaian kita paling syar'i, berhijab tandanya sudah bebas api neraka. Padahal hijab adalah kewajiban, jadi tidak usah merasa paling hebat kalo sudah berhijab dan memandang rendah kepada mereka yang belum berhijab. 

Tidak usah pula merasa paling suci ketika merasa dirinya telah berhijab sempurna dan menghina dina yang masih memakai hijab berazaskan trend. Lebih baik doakan...doakan mereka agar diberi hidayah kesempurnaan dalam memenuhi tuntunan syar'i, malaikat pun akan meng-aamiini dan mendoakan kembali kepada kita.

Mungkin karena saya tinggal di daerah yang muslim adalah minoritas (baca : Kelapa Gading) jadi kepekaan terhadap toleransi beragama menjadi lebih sensitif. Justru disini terasa sekali harmonisnya. Di pusat  perbelanjaan terdengar alunan nasyid dan supermarketnya menjajakan hidangan berbuka seperti cincau, kolang-kaling, kurma, dan lain-lain. Penghuni Kelapa Gading, yang mayoritas adalah etnis tionghoa, terlihat suka cita ikut memilih kurma. Begitu pula pada saat menjelang Idul Fitri, mereka ikut riang memilih ketupat dan juga beli ayam kampung untuk di buat opor. Kebebasan ART mereka untuk beribadah pun terlihat pada penuhnya masjid dan musholla sekitar rumah kami pada saat Taraweh. Saat lebaran tiba, kami gak sungkan mengirimkan  ketupat lebaran, sayur opor dan rendang, buat tetangga.

Suasana ramadhan kami mungkin tidak seramai di komplek-komplek muslim lainnya, membangunkan sahur secara keliling komplek dengan bunyi-bunyian ataupun takbiran keliling dengan memukul beduk. Ya...kemeriahan itu tidak kami rasakan, namun kami rasakan kesyahduan toleransi beragama, sejatinya apa yang tertuang dalam Surat Al-Kafirun :

Translation of the HOLY QUR’AN – 109.Surat Al-Kāfirūn (The Disbelievers) – سورة الكافرون


Surat Al-Kāfirūn (The Disbelievers) - سورة الكافرون
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
[In the Name of ALLAH, the ENTIRELY MERCIFUL, the ESPECIALLY MERCIFUL]

109:1
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
Pronunciation
Qul ya ayyuha alkafiroon
Translation
Say, “O disbelievers,
Tafsir al-Jalalayn
Say: ‘O disbelievers!
109:2
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Pronunciation
La aAAbudu ma taAAbudoon
Translation
I do not worship what you worship.
Tafsir al-Jalalayn
I do not worship, at present, what you worship, of idols,
109:3
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
Pronunciation
Wala antum AAabidoona maaAAbud
Translation
Nor are you worshippers of what I worship.
Tafsir al-Jalalayn
and you do not worship, at present, what I worship, and that is God, exalted be He, alone,
109:4
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
Pronunciation
Wala ana AAabidun maAAabadtum
Translation
Nor will I be a worshipper of what you worship.
Tafsir al-Jalalayn
nor will I worship, in the future, what you have worshipped,
109:5
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
Pronunciation
Wala antum AAabidoona maaAAbud
Translation
Nor will you be worshippers of what I worship.
Tafsir al-Jalalayn
nor will you worship, in the future, what I worship: God knew that they would never become believers (the use of [the inanimate] mā, ‘what’, to refer to God is meant to counter [the reference to ‘what thing’ they worship]).
109:6
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Pronunciation
Lakum deenukum waliya deen
Translation
For you is your religion, and for me is my religion.”

Terhadap saudara kita yang berbeda keyakinan saja di tuntun untuk berTOLERANSI, apalagi untuk saudara seIMAN. Janganlah perbedaan khilafiyah, menjadi jurang pemisah antara kita. Begitu mudahnya mengkafirkan saudara seIman, padahal sesungguhnya ilmu untuk ber-ukhuwah lah yang harus ditingkatkan, baik dari segi berdakwah maupun dari segi beribadah.

-sedikit coretan untuk secercah harapan ukhuwah islamiyah

Lieni Oktora Nara - Independent Oriflame Director
081317515847
2A79D48A
http://www.wajibkaya.tk/
http://www.lieniluarbiasa.blogspot.com/